Sebagian Model Ayam hasil silangan (Brugo)
Dari gambar di bawah ini, dapat diamati beberapa variasi ayam yang kemungkinan besar adalah hasil persilangan antara ayam hutan dengan ayam peliharaan. Ayam pada gambar di sebelah kiri memiliki pola warna yang menyerupai ayam hutan, tetapi wujud tubuh yang gempal dan kakinya yang besar menunjukkan bahwa ayam ini adalah ayam silangan. Ayam di komponen tengah, juga memiliki postur yang menyerupai ayam hutan, tetapi eksistensi pola totol-totol putih di sekujur tubuhnya menunjukkan, bahwa kemungkinan besar, ayam ini juga termasuk hasil kawin silang. Baca juga Budidaya Ayam Bekisar Menguntungkan.
Terjaminnya suplai makanan, rasa aman dari pemangsa serta hilangnya sifat mengeram pada beberapa ras ayam dalam negeri, memungkinkan ayam betina untuk bertelur nyaris tiap hari, sepanjang tahun. Ayam betina di dalam kandang telah tak peduli lagi, apakah pejantan pasangannya termasuk ayam yang rupawan atau tak, yang penting dapat “mengerjakan tugas” dengan bagus. Jadi, dalam hal kawin mawin, bulu yang indah bagi pejantan ayam dalam negeri, telah tak diperlukan lagi. Waktu moulting atau rontoknya bulu leher malahan, tak dikenali lagi oleh ayam dalam negeri.
Ayam Hutan Feral
Di Kepulauan Hawaii dan Cook Island (Pasifik Tenggara), juga ditemukan populasi ayam hutan merah peliharaan yang terlepas dari kandang, dan kemudian hidup liar (feral) di tempat pedalaman. Ciri fisik ayam ini betul-betul mirip dengan ayam hutan asli. Kemungkinan, dahulunya ayam peliharaan yang terlepas adalah ayam hutan asli yang kemudian kawin dengan ayam setempat, hingga berkembang menjadi populasi ayam liar, seperti yang ditemukan saat ini. Populasi ayam hutan feral di Kepulauan Cook. Oleh peneliti, ayam hutan ini disimpulkan telah terkontaminasi genetika ayam dalam negeri setempat sehingga digolongankan sebagai ayam silangan (Crossbred/Brugo).
Dapat diamati wujud fisik ayam liar yang betul-betul mirip sekali dengan ayam hutan asli. Wujud tubuh yang sedikit gempal pada ayam kiri, jengger yang besar pada ayam jantan sebelah kanan dan adanya jengger pada ayam betina (inset), menunjukkan bahwa ayam hutan ini telah terkontaminasi oleh gen ayam setempat, sehingga telah tak murni lagi.
Status Konservasi
Populasi ayam hutan di berjenis-jenis negara di Asia cenderung terus menurun akibat perburuan dan degradasi habitat. Namun, ancaman paling utama kepada populasi ayam hutan adalah munculnya polusi genetika yang diakibatkan oleh terjadinya kawin silang secara natural, antara ayam hutan dengan ayam dalam negeri atau ayam hutan dengan ayam peliharaan yang tak dikandangkan. Oleh IUCN, status ayam hutan merah masih digolongkan sebagai Least Concern dalam daftar merah atau beresiko rendah dari kepunahan, karena tempat sebarannya yang luas dan populasinya yang masih cukup besar.
Berdasarkan bahasa tempat setempat, ayam hutan disebut Kasintu (Sunda), Ayam alas (Jawa), Ajem alas (Madura), Manuk Kalek (Bugis). Namun tempat sebaran dan morfologinya, William Beebe (1877-1962), seorang naturalis asal New York, Amerika Serikat, dalam publikasi risetnya A Monograph of the Pheasants, ditambah dengan beberapa spesialis burung lainnya, membagi ayam hutan merah (Gallus gallus) menjadi 5-6 sub-spesies yang berbeda:
1. Ayam Hutan Cochin-China (Gallus gallus gallus Linnaues, 1758)
Tersebar di Vietnam, Laos selatan dan timur, Thailand timur. Ayam ini memiliki bulu leher yang betul-betul panjang dengan warna merah-jingga hingga keemasan dengan ujung bulu meruncing berwarna jingga. Di tengah bulu terdapat strip tipis berwarna cokelat. Cuping alat pendengar umumnya besar dan berwarna putih.
2. Ayam Hutan Burma (Gallus gallus spadiceus Bonnaterre, 1792)
Tersebar mulai dari Yunnan barat kekuatan (RRC), Burma, Laos utara, Thailand, Semenanjung Malaya hingga Sumatera komponen utara. Sub-spesies ini memiliki ciri yang sama dengan sub-spesies sebelumnya dengan pengecualian pada bulu leher dan cuping telinganya yang berukuran sedang hingga besar berwarna putih atau merah.
3. Ayam Hutan India (Gallus gallus murghi Robinson dan Kloss, 1920)
Tersebar mulai dari Pakistan timur ke India tengah dan hingga tempat Assam di timur India. Ciri khas dari subspesies ini adalah adanya strip berwarna hitam yang lebar di tengah bulu leher. Namun, seringkali ayam dengan ciri seperti sub-spesies sebelumnya juga banyak ditemukan di India. Bulu leher ayam hutan India juga betul-betul panjang, berwarna merah jingga hingga keemasan dengan ujung meruncing berwarna orange (jingga).
Comments
Post a Comment